Emosi Tidak Diberi Uang DD 100 Juta, Kepala Desa Purwoasri Pukul Bendahara Desanya
Sungguh keterlaluan dan arogan tindakan Kepala Desa Purwoasri kecamatan Gumukmas kabupaten Jember, emosi gara-gara tidak diberi uang 100 juta oleh bendahara desanya, dia tega melakukan pemukulan kepada stafnya tersebut.
Bendahara desa Purwoasri berinisial B yang menjadi korban pemukulan ketika dikonfirmasi media membenarkan kejadian pemukulan yang dilakukan Kades Sf kepadanya, bahkan istrinya juga menjadi korban pemukulan Kades Sf.
"Awalnya beliau datang baik-baik ke rumah saya pada hari Sabtu (13/08/2022) sekitar jam 18.30 WIB dengan maksud meminta penjelasan keuangan Dana Desa (DD) tahap 2 dan meminta uang yang menjadi hak beliau," katanya Bendahara B yang ditemui media di rumahnya pada Minggu siang (14/08/2022).
Kepada Kades Sf, dia menjelaskan dengan jelas dan rinci keuangan DD yang dicairkannya, dan setelah dipotong dengan hutang dan pembayaran lainnya, sisa uang yang menjadi hak Kades 25 juta rupiah.
"Tetapi beliau ngotot meminta uang sebesar 100 juta rupiah dengan alasan untuk membayar utang pembelian aspal proyek DD yang dikerjakan. Saya sudah berusaha menjelaskan secara detail, uang yang diterima sudah dipergunakan untuk membayar pajak PPH dan PPN tahap 1 dan 2, jadi uang hak beliau ada 25 juta," jelas B.
Sejenak keduanya terlibat perdebatan dan argumentasi, namun tanpa diduga tiba-tiba Kades Sf mengambil dan menggulung map rincian keuangan yang berada di depannya, dan langsung memukulkan ke arah kepala Bendahara B sebanyak dua kali mengenai bagian samping mata kanan dan kiri korban (B).
Tidak berhenti sampai di situ, Kades Sf terus memukul membabi buta menggunakan map, bahkan ketika B akhirnya berdiri untuk menghindar, Kades Sf terus berupaya memukul dan korban menangkis dengan kedua tangannya.
Mendengar keributan di ruang tamu, akhirnya istri korban keluar dari ruang tengah untuk melerai. Alih-alih dapat melerai, justru dia mendapat bogem mentah dari Kades mengenai pipi dan mengakibatkan giginya berdarah.
Tidak ketinggalan, anak korban yang ikut melerai juga terjatuh akibat dorongan tangan Kades. "Mendengar ribut-ribut, beberapa warga dan tetangga datang untuk melihat. Akhirnya pak Kades keluar rumah dan pergi ke arah kantor desa," cerita korban.
Setelah itu, korban menghubungi bhabinkamtibmas dan selanjutnya bersama istri mendatangi kantor polisi sektor Gumukmas untuk membuat laporan, dan oleh petugas diantar ke Puskesmas Gumukmas untuk Visum.
"Saya sangat menyesalkan tindakan arogan pak Kades, mungkin beliau sedang kesal karena kebutuhan mendesak. Tapi seharusnya dia selaku Kepala Desa dapat bertindak lebih bijaksana. Saya sudah melaporkan ke Polsek, biar menjadi pembelajaran," tegasnya.
Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Gumukmas, Aipda Andrianto W. SH ketika dihubungi media melalui WA menjawab peristiwa tersebut sudah dilaporkan korban ke Polsek Gumukmas.
Alasan korban tidak memberikan uang 100 juta
"Memang sisa uang pak Kades secara legal sisa 25 juta, kalau minta 100 juta tidak bisa. Sebenarnya ada uang untuk menggenapi menjadi 100 juta, Tetapi saya tidak berani memberikan, karena uang 75 juta tersebut adalah uang TKD hak perangkat dan ada uang hak BPD," kata B.
Lebih lanjut B menjelaskan bahwa uang TKD milik perangkat selama 4 bulan dan sudah harus dibayarkan pada bulan Agustus ini. "Pembayaran uang TKD kami bayarkan setiap 4 bulan, jadi Agustus ini pembayaran TKD tahap ke 2," ujarnya.
"Seandainya pak Kades SB orangnya sportif dan tepat waktu apabila pinjam uang, pasti saya berikan. Tetapi selama ini Pak Kades tidak pernah tepat waktu, janji hari bisa sampai 6 bulan baru bayar." Katanya.
Korban bersedia meminjamkan, tetapi harus sepengetahuan semua pihak yang berhak atas uang tersebut. "Supaya saya tidak dianggap seenaknya meminjamkan uang oleh rekan lainnya, saya harus bekerja dengan penuh tanggungjawab," pungkasnya.
Posting Komentar